<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d11637458\x26blogName\x3dGreen+Visions\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://greenvisions.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://greenvisions.blogspot.com/\x26vt\x3d-8785138192905160848', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Tuesday, September 20, 2005

Petani Thailand Memang Dihargai di Negerinya

SESEKALI cobalah naik pesawat Thai Airways, maskapai penerbangan milik Thailand. Begitu masuk pesawat, kesan etnik Thailand langsung terasa. Sambutan awak pesawat yang menelungkupkan tangan di dada (seperti menyembah) menyambut setiap penumpang yang masuk.

Sambutan dengan bahasa Thai yang lebih kurang artinya selamat datang itu meluncur dari mulut para pramugari. Setelah itu lihatlah pakaian yang digunakan oleh para pramugari itu. Kain dari sutra yang notabene pasti diproduksi dari ulat sutra asal Negeri Gajah Putih itu sendiri.

Dari sini kita sudah bisa mengetahui kalau bisnis penerbangan mereka juga menghidupi petani-petani sutra yang ada di Thailand.Belum lagi bunga anggrek yang dikenakan pramugari dan juga yang diberikan kepada para penumpang, tidak sedikit petani anggrek yang mendapat pekerjaan dari dampak ikutan bisnis penerbangan ini.

Aspek promosi terhadap produk-produk pertanian Thailand begitu memancar dari berbagai atribut dan penampilan armada penerbangannya. Ketika makanan disajikan di dalam pesawat, jangan harap mendapat ayam panggang ala Amerika atau roti yang berbahan baku terigu atau apalah makanan Eropa lainnya. Bukan kue-kue berbahan baku terigu yang dominan disajikan di pesawat ini, tetapi ada jenang berbahan baku tepung beras dengan bagian atas yang diberi parutan kelapa berasa manis. Ada juga kue yang terbuat dari beras ketan dan di bagian atasnya diberi lapisan lembut dari tepung beras. Sayuran yang disajikan juga berasal dari lokal dengan ikan yang menggiurkan. Merunut asal produk-produk pertanian ini, maka makin banyak petani yang mendapat pasar dari bisnis penerbangan Thailand.

SOAL masuknya kue-kue tradisional di dalam pesawat, jangan dianggap kue-kue tersebut tidak dijamin kesehatannya. Kadang kita meremehkan dan berpikiran bahwa kue tradisional dibikin tanpa standar higienitas yang tinggi. Bila mengetahui perusahaan katering yang ada, kita akan mendapat jaminan keamanan pangan itu.

Mereka berani menjamin keamanan pangan karena sudah menggunakan standar ISO 9002 dan ISO 14002, Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP), dan Good Manufacturing Practises (GMP). Jaminan standar ini terpampang dengan jelas di badan alat pengangkut makanan.

Semua standar itu sudah diakui secara internasional. Mereka tidak main-main dengan jaminan
keamanan pangan itu karena harus menyediakan lebih dari 37.000 sajian tiap hari dengan pemakai sekitar 40 maskapai penerbangan.

Dengan standardisasi layanan pangan itu, maka dijamin penumpang tidak akan mulas- mulas setelah makan kue dan penganan tradisional lainnya di pesawat. Mereka berhasil menampilkan aneka kekayaan tradisional dalam standar internasional sehingga jerih payah petani sangat dihargai.

BILA kita masuk ke hotel di Bangkok, yang ada bukan buah-buahan impor. Pisang dan jeruk lokal berukuran kecil tersedia di meja. Mereka sangat percaya diri dengan penampilan lokal itu. Sementara di Indonesia jeruk lokal berukuran kecil diremehkan hingga kalah dengan jeruk impor yang besar dan berwarna kuning. Pisang pun di Indonesia banyak yang diimpor meski pisang lokal tidak kalah manisnya dengan pisang impor.

Restoran di Bangkok percaya diri dengan sajian lokal yang beraneka ragam. Berbagai makanan dengan ramuan bumbu rempah khas Thailand itu banyak yang sudah memasuki pasar internasional. Produk- produk petani mereka sudah pasti ikut go international juga. Untuk urusan petani, Thailand memang sangat menghargai jerih payah mereka. (MAR)

Source: Kompas Online - Selasa, 13 April 2004

0 Comments:

Post a Comment

<< Home